ALAT PENGUKUR KADAR AIR
RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR KADAR AIR DAN SUHU GABAH MELALUI METODE KAPASITANSI
Misbahollah, Putri Sukmasari, Achmad Frediyanto, Ahmad Luthfin
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang
Jalan Surabaya 6 Malang.
Abstrak : Kadar air dan suhu merupakan faktor yang paling mempengaruhi kualitas gabah. Selain itu faktor tersebut juga sangat berpengaruh terhadap masa simpan gabah. Namun demikian, alat yang digunakan untuk mengukur kadar air dan suhu gabah masih sangat terbatas. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah yang mampu menampilkan perkiraan masa simpan gabah. Rancang bangun alat ini menggunakan metode kapasitansi sebagai pengukur kadar air, sensor suhu IC LM35, rangkaian penguat instrumentasi dan penguat tak membalik, rangkaian penyearah, ADC 0809, serta mikrokontroler AT89C51. Sampel yang diuji adalah satu jenis gabah. Rentang pengukuran kadar air yaitu 0-30o% dan rentang pengukuran suhu yaitu 0-40oC. Pengujian dilakukan pada tiap rancangan rangkaian dan kalibrasi alat. Dari analisis data kalibrasi alat hasil perancangan dengan menggunakan tester Grainer II, didapatkan data pengukuran dengan nilai penyimpangan pengukuran terjauh 2% untuk kadar air dan 10C untuk suhu yang masih berada dalam batas diperbolehkan.
Kata Kunci: Kadar air, Suhu, Gabah, Metode Kapasitansi, Mikrokontroler.
Indonesia adalah negara agaris, karena lebih dari 65% penduduk Indonesia hidup dari sektor pertanian, sehingga sektor pertanian perlu diperhatikan lebih serius. Salah satu jenis produk pertanian yang memiliki kapasitas produksi yang cukup besar adalah beras. Beras yang dihasilkan dari tanaman padi memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pemenuhan pangan masyarakat, dan dibudidayakan pada hampir setiap provinsi dengan luas panen pertahun 10 juta ha dan produksi padi nasional rata-rata 4,35 ton/ha/tahun (BPTP, 2005:1).
Salah satu permasalahan dalam pertanian di Indonesia adalah menurunnya kualitas hasil pertanian akibat penanganan pascapanen yang buruk. Hasil pertanian khususnya padi dapat mengalami penurunan kualitas berupa rusaknya nilai gizi selama penyimpanan.
Pada proses penyimpanan, berbagai aspek perlu diperhatikan mulai dari karakteristik bahan pangan, kondisi lingkungan, pememilihan jenis kemasan dan perkiraan lama penyimpanan (Sibuea, 2002:1). Sedangkan Chapman (2005:1) secara spesifik menyebutkan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah antara lain: kadar air, suhu, kondisi gabah dan suplai oksigen. Dengan demikian, diperlukan suatu terobosan yaitu dengan mengaplikasikan teknologi elektronika dalam proses penyimpanan gabah yang salah satu wujudnya adalah dengan membuat rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah yang sekaligus dapat menampilkan perkiraan masa simpan gabah.
Pengukuran suhu dan kadar air terintegrasi dalam satu alat yang mengaplikasikan teknologi mikrokontroler sebagai pemroses sistem. Mikrokontroler merupakan pengembangan teknologi semikonduktor yang memiliki jumlah transistor lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang kecil. Jenis mikrokontroler sangat banyak dan beragam, salah satunya adalah jenis AT89C51 yang merupakan keluarga MCS51 yang diproduksi ATMEL dalam bentuk keping IC (Singlechip Microcomputer). Oleh karena itu komponen ini merupakan salah satu pilihan teknologi yang praktis.
Permasalahan yang dibahas dalam kegiatan ini adalah: Bagaimana rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah yang secara spesifik dirumuskan sebagai berikut:Bagaimana rancangan sensor kadar air dalam gabah dengan prinsip sensor kapasitif, Bagaimana mengaplikasikan sensor suhu LM35 dalam perancangan system, Bagaimana mengaplikasikan mikrokontroler AT89C51 serta program (software) untuk menjalankan sistem dan menampilkan perkiraan masa simpan gabah.
Hasil dari kegiatan ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat petani dan pengembangan IPTEK. Bagi masyarakat petani: Memberikan solusi untuk menjawab permasalahan dalam pengukuran kadar air dan suhu gabah; Mengembangkan teknologi pertanian dalam penanganan produksi pascapanen khususnya untuk menjaga dan meningkatkan mutu hasil pertanian.
Bagi pengembangan IPTEK: Memanfaatkan dan memfungsikan mikrokontroler AT89C51 dalam aplikasi teknologi yang tepat guna; Sebagai acuan bagi pengembangan perancangan sistem yang menggunakan prinsip sensor kapasitif dan aplikasi mikrokontroler AT89C51.
METODE PENDEKATAN
Pembuatan alat ini menerapkan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendapatkan rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah. Variabel bebas yang dikaji dalam kegiatan ini yaitu kadar air dan suhu gabah, dengan variabel terikat yaitu tegangan.
Pengukuran kadar air gabah memanfaatkan metode kapasitansi dengan mengambil gabah sebagai dielektriknya, sedangkan pengukuran suhu memanfaatkan IC LM35.
Mikrokontroler AT89C51 sebagai pusat pemroses sistem, berfungsi mengolah kedua hasil pengukuran tersebut dan menampilkannya pada LCD.
Secara skematis perancangan alat ini ditunjukkan pada Gambar 1.
Setelah alat dan bahan yang diperlukan disiapkan, selanjutnya dibuat gambar rangkaian secara menyeluruh dengan menggunakan protel dan membuat jalur PCB, kemudian memasang komponen dan menyolder menjadi rangkaian sistem yang utuh.
Program atau software yang digunakan adalah program assembler, program ini dapat langsung dituliskan dalam mikrokontroler AT89C51 melalui programmer Meitan ASM 2005. Pembuatan program mengacu pada flowchart seperti pada Gambar 2 pada lampiran 1.
Peralatan yang dipakai dalam pembuatan dan pengujian alat ini antara lain: Multimeter digital, Osiloskop, Downloader MEITAN ASM 2005 dan Peralatan elektronik pendukung lainnya. Bahan atau komponen elektronika yang dibutuhkan dalam rancang bangun alat ini antara lain: PCB, IC NE555, LM35, LF356, LM741, LM324, ADC 0809, AT89C51, LCD M1632, Resistor, Kapasitor, Dioda, Kabel dan Komponen pendukung lainnya.
Kalibrator digunakan adalah tester Grainer II yang merupakan alat pengukur kadar air dan suhu gabah yang digunakan oleh INLITKABI Kendal Payak Malang. Setelah rancangan sistem alat pengukur kadar air dan suhu terealisasi, dilanjutkan dengan pengambilan data. Pengambilan data dilakukan dengan menguji tiap bagian sistem.
Gambar 3. (kiri) Komponen-komponen yang digunakan dalam pembuatan alat pengukur kadar air dan suhu gabah, (kanan) Kalibrator tester Grainer II.
Pada Gambar 3, ditunjukkan beberapa komponen yang digunakan serta alat pembanding (kalibrator) yang digunakan dalam kalibrasi.
HASIL
Dari perancangan alat yang telah dilakukan, didapatkan suatu rangkaian alat pengukur kadar air dan suhu gabah yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 4. Rangkaian Elektronika dalam Board Rangkaian (kanan) Kemasan jadi alat pengukur kadar air dan suhu gabah.
Kalibrasi Pengukuran Kadar Air
Kalibrasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan pengukuran sensor kadar air dari alat hasil perancangan dengan alat yang telah ada yaitu Grainer II. Data hasil kalibrasi pengukuran kadar air gabah disajikan pada Tabel 1
Kalibrasi Suhu
Kalibrasi suhu terhadap tester Grainer II berfungsi untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan pengukuran sensor LM35 pada alat hasil perancangan. Data hasil kalibrasi pengukuran suhu gabah disajikan pada Tabel 2
Hasil Pengukuran Alat
Hasil pengukuran alat secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini:
PEMBAHASAN
Rangkaian Pengukur Kadar Air Suhu
Gambar 5. Hasil Perancangan Kapasitor Silinder
Rangkaian kapasitor silinder sebagai pengukur kadar air ditunjukkan pada Gambar 5.
Keterangan:
Jari-jari silinder dalam a = 1,6 cm
Jari-jari silinder luar b = 2,8 cm
Panjang tabung L = 10 cm
Untuk menghitung nilai kapasitansi kapasitor silinder digunakan persamaan berikut:
Dengan kudara = 1 maka
Nilai kapasitansi di atas merupakan nilai kapasitansi pada saat kapasitor silinder kosong (tanpa gabah).
Dengan demikian diketahui nilai kapasitansi gabah berkisar antara 20 pF hingga 30 pF.
Dengan diketahuinya nilai kapasitansi saat kapasitor kosong (tanpa gabah) dapat ditentukan kesetimbangan jembatan. Pada frekuensi f = 250 KHz dan dengan nilai reakatansi kapasitif yang sebanding dengan impedansi (X C » Z), nilai reaktansi kapasitif adalah sebesar:
Untuk CA = 150 pF adalah
Sedangkan pengukuran suhu pada sistem ini mengaplikasikan IC LM35. Hasil perancangan rangkaian sensor suhu disajikan dalam Gambar 6.
Gambar 6. Hasil Perancangan Rangkaian Sensor Suhu LM35
Kalibrasi Pengukuran Kadar Air dan Suhu
Dari tabel hasil kalibrasi pengukuran kadar air dan suhu di atas dapat disimpulkan bahwa antara rangkaian alat hasil perancangan dengan tester hanya terdapat sedikit perbedaan, sehingga dapat dikatakan sesuai.
KESIMPULAN
Dari hasil rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah dapat ditarik kesimpulan, pada perancangan rangkaian sensor kadar air dengan prinsip kapasitansi didapatkan spesifikasi kesesuaian rangkaian untuk: (a) Frekuensi osilator NE555 sebesar 250 KHz; (b) Perubahan nilai kapasitansi kapasitor pada lengan jembatan Wheatstone sebesar 20 pF sampai 30 pF; (c) Pada penguat instrumentasi di butuhkan penguatan sebesar 850 kali; (d) Rangkaian penyearah gelombang penuh memiliki rata-rata selisih tegangan V = 0,048Volt yang dianggap kecil sehingga dapat diabaikan.
Pada pengaplikasian sensor suhu LM35, didapatkan perubahan tegangan yang sebanding dengan suhu gabah. Dalam rangkaian ini didapatkan penguatan pada rangkaian penguat tak membalik sebesar 10 kali. Pada pengaplikasian mikrokontroler AT89C51, pembuatan program (software) telah sesuai dengan perancangan dan sistem alat dapat berfungsi sesuai perancangan, yaitu menampilkan nilai pengukuran kadar air dan suhu dengan penyimpangan kalibrasi ± 2% dan ± 10C, serta perkiraan masa simpan yang sesuai dengan standar yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
AgriChem, Inc. 1994. Grain Measurement with Capacytance Type Device. (Online). (http.//www.grainprep.com, diakses 1 November 2005).
Chapman, Bill. 2005. Cereal Grain Drying and Storage. (Online). (http://www1.agric.gov.ab.ca/%department/deptdoes.nsf/all/crop1204?opendocu
ment, diakses 11 Oktober 2005).
Coughlin, F. Robert, and Priscoll, F. Frederick. 1987a. Penguat Operasional dan
Rangkaian Terpadu Linier. Jakarta: Erlangga.
Fraden, Jacob. 1996. Hanbook of Modern Sensors. San Diego. Thermoscan. Inc. Halliday, Resnick. 1978. Fisika Jilid II. Alih bahasa Pantur Silaban, Ph.D. Jakarta: Erlangga. pp. 62-65, 78
Malvino, Albert, Paul. 1987b. Prinsipprinsip Elektronika Jilid 2. Alih Bahasa Prof. M. Barnawi. Jakarta: Erlangga. pp. 32-49
Nalwan, Paulus, Andi. 2004. Panduan Praktis Teknik Antar Muka Mikrokontroler AT89C51. Jakarta: Elex Media Komputindo. pp. 23-34, 62-85
National Semiconductor. 1999. LM35 Precision Centigrade Temperature Sensors. (Online).(http://www.alldatasheet.com/datasheet.pdf/pdf/8875/NSC/LM35.html, diakses 27 September 2005).
Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi Subang Jawa Barat. 2005. Padi. (online), (http://warintek.progresio.or.id, diakses 12 Mei 2005).
Sibuea, Posman. 2002. Mewujudkan Ketahanan Pangan lewat Perbaikan Pascapanen. Sinar Harapan, No. 4329. (Online). (http://www.sinarharapan.com./pangan/%padi.html, diakses 2 Oktober 2005).